PADANG, Selasa 01 Juli 2025 | Panasnya terik matahari Kota Padang di Simpang Ampek Ganting tak mampu meredam kegelisahan dua pemuda asal daerah tersebut. Robi (26), seorang pengusaha muda pemilik cafe ternama di kawasan itu, bersama rekannya Dodi (27), seorang pengacara muda yang sudah malang melintang di dunia hukum, terlihat serius berdiskusi sembari menikmati kopi di sebuah warung sederhana.
Bukan tanpa alasan. Keresahan mereka dipicu oleh carut-marutnya sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online yang tahun ini kembali menuai protes dari masyarakat. Menurut mereka, sistem yang seharusnya menjadi solusi untuk mempermudah akses pendidikan justru menimbulkan keresahan, kecurigaan, dan ketidakadilan bagi banyak orang tua dan calon siswa.
“Kami sudah terima banyak keluhan. Orang tua bingung, anak-anak jadi stres. Banyak yang merasa tidak adil dengan sistem zonasi yang tidak transparan. Bahkan ada indikasi kecurangan yang terstruktur,” ungkap Robi dengan wajah serius, sembari sesekali menyeruput air mineral di tengah panasnya siang itu.
Dodi, yang dikenal sebagai pengacara muda berintegritas di Sumatera Barat, turut angkat bicara. Ia menegaskan bahwa jika masalah ini dibiarkan, maka akan merusak masa depan generasi muda. “Ini soal hak dasar warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Jangan sampai ada mafia PPDB yang bermain di balik layar. Kami siap membawa persoalan ini ke Jakarta,” tegasnya.
Siap Bertolak ke Jakarta, Akan Temui Presiden Prabowo dan Kapolri
Tak tanggung-tanggung, kedua pemuda ini berencana untuk menyuarakan langsung keluhan masyarakat kepada PRESIDEN RI, Prabowo Subianto, yang kini juga menjadi tokoh penting nasional, serta Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
“Ini bukan sekadar keluhan lokal. Ini sudah jadi keresahan nasional. Kami akan ke Jakarta, akan kami temui Pak Prabowo dan Pak Kapolri. Kami minta mereka turun tangan melihat langsung carut-marut sistem PPDB ini,” tegas Dodi, sambil menatap jauh ke jalanan Simpang Ampek Ganting yang mulai ramai oleh kendaraan.
Dari Warung Kopi ke Panggung Nasional
Perbincangan serius itu berlangsung dari pagi hingga sore, di bawah sengatan matahari yang tak kenal ampun. Suasana warung dipenuhi gelas-gelas kopi, botol air mineral, dan sesekali asap rokok yang mengepul tipis dari asbak yang penuh.
“Panas kota Padang hari ini tak sepanas hati kami melihat ketidakadilan ini,” ucap Robi sambil tersenyum getir.
Di tengah-tengah obrolan, beberapa warga yang lewat juga ikut menyampaikan keluhan. Mereka berharap suara dari Ganting bisa didengar hingga ke telinga pejabat tinggi di Jakarta.
“Kami bukan mencari panggung. Kami hanya ingin keadilan. Supaya sistem PPDB ini tidak lagi menyulitkan rakyat kecil. Anak-anak bangsa harus mendapat haknya untuk bersekolah tanpa harus dipersulit oleh sistem yang tidak berpihak,” kata Dodi menegaskan.
Harapan untuk Perubahan
Rencana Robi dan Dodi ke Jakarta bukan hanya sebatas wacana. Mereka sudah mempersiapkan dokumen pengaduan, data keluhan dari warga, dan bahkan kronologi lengkap permasalahan yang terjadi di beberapa titik sekolah di Sumatera Barat.
“Kami yakin Pak Prabowo dan Pak Kapolri adalah pemimpin yang mendengar rakyatnya. Kami bawa suara dari simpang ampek Gantiang kota padang , suara dari Sumatera Barat, suara dari mereka yang selama ini hanya bisa mengeluh tanpa tahu harus mengadu ke siapa,” ujar Robi dengan semangat.
Kedua pemuda ini berharap pemerintah pusat bisa segera mengevaluasi dan memperbaiki sistem PPDB online, agar lebih adil, transparan, dan benar-benar berpihak kepada rakyat.
Penutup
Di tengah geliat pembangunan dan digitalisasi yang semakin masif, suara-suara dari daerah seperti yang disuarakan oleh Robi dan Dodi adalah pengingat bahwa sistem yang dibangun tanpa memperhatikan keadilan sosial akan menimbulkan ketimpangan.
Semoga perjalanan dua pemuda Ganting ini ke Jakarta membawa angin segar perubahan bagi sistem pendidikan di Indonesia.
Andi Jok
